Cerita Cinta KepadaNya Pada Pendakian Bulusaraung

by - Saturday, May 16, 2015


Masih rindu dengan Dia. Zat pencipta kami, masih ingin lebih dekat dengannya. Karena alasan itu saya dan sahabat IKRAMULLA berencana untuk mentadabburi alamNya. Hanya itu, niat karena-Nya.

Dan pada kisah itu terdapat cerita yang melayang ditenggorokan. saya akan menyiapkannya untuk kalian, oleh karena itu, siapkan cemilan, minuman dan perbaiki tempat duduk anda karena bioskop akan segera dimulai. #eh

13 April 2015
Hari kamis tepatnya, besok kami libur. Oleh karena itu jauh hari kami merencanakan untuk mendaki, untuk mentadabburi alam Gunung Bulusaraung. Pangkep

Gunung Bulusaraung adalah sebuah gunung yang berdiri kokoh dibawah desa Tompobulu, Kab Pangkep, Sulawesi-Selatan. Mempunyai ketinggian 1353 MDPL. Meskipun tidak terlalu tinggi dibanding gunung lain di Sulawesi Selatan seperti, Bawakaraeng, Lompobattang atau Latimojong, namun pemandangan dari puncak gunung ini tidak kalah indahnya. Apalagi jika kondisi cuaca sedang cerah tanpa kabut. Pola-pola dari jajaran gunung yang tidak beraturan bisa dinikmati sejauh mata memandang. Suhu yang sejuk menghampiri dingin juga membuat kita tetap nyaman menikmati pemandangan sekitar. Menikmati ratusan karts terbesar kedua di dunia.

Kami berencana untuk berangkat pada dinihari agar kami dapat melihat sunsrise di sana

Kedatangan rekan-rekan KAMMI
Ternyata bukan cuma kami IKRAMULLA yang pergi pada malam itu, setelah isya tepatnya beberapa rekan dari Kak Muin (Murobbi kami) mengajak teman seperjuangannya di KAMMI untuk ikut pada rombongan kami. Kami pun menyambut baik kedatangannya.

14 April 2015
Tepat berubahnya rabu berganti kamis (Pukul 00.00 WITA), kamipun siap-siap untuk berangkat. Sebenarnya rencana awal kami berangkat sekitar pukul 02.00. Namun karena alasan kami tidak sampai tepat waktu maka kami memutuskan untuk berangkat lebih awal.

Kedatangan Kak Muin setelah tarbiyah membawa teman-temannya yang memang sudah sering naik turun gunung. Sebut saja dia Ipul. Memudahkan kita untuk menuju ke sana. Apalagi sebelum kami berangkat, hal yang ditakutkan karena kurangnya orang-orang yang berpengalaman ke sana pada rombongan kami.

Shalat Witir Berjama'ah
Sebelum berangkat, kami shalat witir berjama'ah terlebih dahulu di Musholla Ulul Albab (SMAN 1 Maros) Mushollah tempat kami berkumpul. Tiga rakaat diimami oleh kakanda Muinul Haq sungguh penuh kenangan.

Berdoa dan Berangkat....
Dengan tujuan yang baik kami memulai perjalanan ini, doa bersamapun mengawali kisah kami.

Melewati Jalan Berkelok, Miring, Tanjakan, dan Sempit
Ya, itulah jalan yang harus kami tempuh untuk sampai ke pendakian. Jalan yang penuh liku dan tanjakan. Apalagi jalan itu sempit, dilalui pada malam hari, terlebih pada malam itu cuaca hujan kecil. Sempat beberapa dari kami terjatuh. Beruntung tak ada yang terluka

Sampai di Starting Point
Desa Tompobulu, merupakan awal pendakian kami. Tempat registrasi sekaligus pos 0. Desa ini terasa sangat dingin. Menghiraukan waktu tiba kami pukul 02.00 WITA (2 Jam perjalanan). Ternyata desa ini 900 Meter di atas permukaan laut. Cukup tinggi bukan, untuk sebuah desa ideal.





Memulai Pendakian
Dingin mulai menyengat kulit kami, hujan mewarnai pendakian kami. Pendakian menuju puncak gunung Bulusaraung terdiri dari 10 pos (termasuk puncak) dengan jarak antar pos yang cukup pendek. Track yang relatif terjal dan panjang terdapat di pos 3 menuju pos 4, pos 7 menuju pos 8, dan pos 9 menuju pos 10 (puncak). Sisanya terdiri dari track yang cukup landai, meski track cukup terjal masih sesekali ditemui.

Sempat beberapa dari kami terpeleset karena begitu licinnya pendakian, gelapnya jalan yang hanya ditemani beberapa senter, dan headlamp yang tidak semua kru punya.



Sampai Pos 9
Pukul empat Subuh kira-kira kami akhirnya sampai pada pos yang satu-satunya terdapat sumber mata air. Tempat yang cukup lapang untuk mendirikan tenda bagi para pendaki. Namun satu yang unik dan dapat dijadikan pelajaran. Rombongan kami sama sekali tidak membawa tenda. Berpikiran kami tak akan menginap karena kami berangkat dini hari.

Sholat Subuh Berjama'ah
Ini adalah sebuah cobaan para pendaki. Apakah ditengah kesulitan yang kita hadapi, ibadah kepada pencipta kita luput dari kita. Lantas tujuan kita untuk menikmati dan mentadabburi indahnya ciptaannya hanya sia-sia.

Sungguh indah subuh itu. Shalat yang hanya dilapisi alas biru yang tak cukup luas menampung kami. Alas yang basah yang membuat kaki kami menggigil, alas yang senantiasa berbisik pada setiap sujud kami. Namun kalimat kepada Allah SWT telah mengalahkan rayuan syaiton. Azam kami tetap kuat untuk mencintaiNya.

Menunggu Fajar
Alam yang kami tak sangka-sangka ternyata belum bersahabat untuk kami. Hujan terus mengguyur walaupun curah yang rendah. Suhu yang teramat dingin. Suasana yang mengharuskan kami tetap pada pos 09 menunggu sampai matahari benar-benar terbit. Tujuan awal melihat sunrise tampaknya telah sirna, walaupun kami melanjutkan perjalanan, sunrise tak akan terlihat dikarenakan cuaca yang kurang baik.

Kami bahkan saling berpelukan satu sama lain, beristrirahat menghilangkan dingin. Disinilah ukhuwah benar-benar terjadi. Benih-benih persaudaraan kami sungguhlah rekat. Berbagi sarung, berbagi kehangatan. Begitu indah.

Menuju Puncak
Mentari baru saja menampakkan wajahnya, dan semangat kami sudah pada batas tertinggi untuk mencapai titik tertinggi bulusaraung. Dengan ditemani sajadah yang kami jadikan penutup leher. Dikarenakan suhu yang teramat dingin. Kami melangkahkan kaki, menaiki batu demi batu yang licin. Kamipun berlomba untuk mencapainnya terlebih dahulu.


Sampai di Puncak
06.30 tepatnya. Cuaca diatas begitu dingin. Angin berhembus kencang seakan ingin menerbangkan kami. Pemandangan  dari atas yang kami tunggu, haruslah sirna dikarenakan kabut menutupi seluruh pandangan kita.
Dan kamipun memutuskan untuk tinggal lebih lami menunggu kabutnya hilang dengan duduk dibalik batu agar tak tertiup angin. Mengambil segala bekal yang dibawa untuk mengisi perut, sesekali mendokumentasikan aktifitas kala itu.Kamipun berbaring, menutupi diri dengan jaket, sarung, selimut dan segala apa yang dibawa. Suhu udara jauh lebih dingin, emban berjatuhan pada diri kami, sehingga benda-benda yang kami bawa tampak lembab.


Kami menunggu selama berjam-jam, ada yang akhirnya memutuskan untuk turun kembali,  beberapa dari kami tetap tinggal. Dengan memperhitungkan faktor bahwa sulit turun dengan angin yang begitu kencang dan kami juga yakin bahwa tujuan kami pasti terwujud.

Terkadang kami berebut foto berlomba dalam kabut yang kadang hilang namun segera muncul kembali.

Setelah beberapa jam. Akhirnya cuaca kembali bersahabat. Pemandangan terhampar luas indahnya, Masya Allah, begitu hebatNya Engkau ya Allah


Saya berharap ini bukan akhir dari tadabur kita kawan, masih ada gunung bawakaraeng yang merupakan gunung terdingin di sulsel. Gunung rantemario pada pegunungan latimojong yang merupakan gunung tertinggi di sulsel. Kita bisa ke tempat dimana alam menunggu kita.











 Petiklah milyaran hikmah yang terdapat dalam Alam, niscaya Alam tak letih memberikan kita pelajaran tentang kehidupan. Tuhan telah menciptakan Alam semesta untuk dijadikan tempat merenung bagi orang-orang yang berfikir. Oleh karena itu Takjublah pada dahsyatnya alam semesta ini, dan takjublah pada kekuatan Zat yang telah menciptakannya. -Muh. Aldy Jabir-





BACA CERITA SELANJUTNYA DALAM KISAH SAYA INI

KISAH UNIK PENURUNAN BULUSARAUNG


You May Also Like

10 comments

  1. Wow keren banget! Tiap pendakian emang meninggalkan cerita, sesering apapun kita mendaki, pasti ada!
    saya juga Insyaallah rencana ngedaki gunung gede bulan depan, moga aja lancar :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha bener... :)
      Semoga lancar ya mbak pendakiannya bulan depan :-bd

      Delete
  2. haha itu yang pas sampe puncak lu kedinginan ato kelaperan vrohh ? wkwkwk piss :D

    ReplyDelete
  3. 5cm nih mas inspirasinya, saya juga dengan wisata alam, semoga banyak pelajaran yang diambil dan jadi inspirasi lain bagi pembacanya makasih

    ReplyDelete
  4. Keren mas, pemandanganya bner-bner indah

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulilllah ukh. Cara ini merupakan obat mujarab untuk mengingat yang maha kuasa

      Delete
  5. melihat keindahan sang pencipta memang jadi salah satu cara untuk lebih mengingatNya ya...

    ReplyDelete